Rabu, 22 Agustus 2012

Hyundai Indonesia Ngebet Bikin Pabrik

AppId is over the quota

Produsen mobil Hyundai di Indonesia berharap prinsipalnya di Korea segera menggarap pasar ASEAN dengan lebih serius lagi. Salah satu caranya adalah dengan membangun pabrik di wilayah yang dianggap sebagai wilayah masa depan ini.

Presiden Direktur PT Hyundai Motor Indonesia Jongkie D Sugiarto mengatakan kalau hanya di ASEAN saja Hyundai belum membangun pabriknya. Sementara di wilayah lain mereka sudah punya pabrik sendiri-sendiri yang membuat suplai mobil menjadi lebih lancar.

"Saat ini mereka fokus di Eropa dan Amerika. Tapi sudah saya bilang berkali-kali kalau mereka harus segera fokus di ASEAN karena wilayah ini potensial di masa depan," curhat Jongkie.

Hal itu memang tidak terlalu mengherankan. Sebab pasokan mobil dari pabrik-pabrik Hyundai yang berada di Alabama, Turki atau pun Korea belumlah bisa menyuplai mobil yang diinginkan oleh pasar ASEAN.

"Di Asean itu tiap tahun ada 3 juta mobil yang terjual, sementara Hyundai baru bisa jual 60-70 ribu unit per tahun di ASEAN. Padahal, seharusnya paling tidak bisa jual 10 persennya, sekitar 300 ribu unit," papar Jongkie.

Belum lama ini, lanjut Jongkie, Hyundai baru mengumumkan akan segera membangun pabrik mereka untuk kawasan Amerika Latin di Brazil.

"Jadi hanya region ASEAN saja yang belum kebagian. Saya berharap Hyundai Korea sudah mulai memikirkannya. Agar Hyundai di kawasan ini bisa berkembang. Inden bisa jauh lebih cepat dan kalau bisa kita punya mobil yang memang khusus dibuat untuk ASEAN," jelas Jongkie.

"Usaha G to G sudah, tapi memang belum ada keputusan. Kita di Indonesia juga berharap Hyundai segera ambil keputusan yang baik untuk wilayah ini," pungkasnya.

Namun, untuk menggaet investor internasional masuk ke Indonesia, Jongkie berharap pemerintah jangan membuat kebijakan yang malah melemahkan pasar.

Kebijakan seperti kenaikan ambang batas uang muka kredit kendaraan dianggapnya sebagai kebijakan yang kontra produktif terhadap pertumbuhan pasar yang sedang terjadi sekarang.

"Kebijakan itu adalah kebijakan yang kontra produktif. Pemerintah harus sadar, 50 persen dari pembeli mobil itu adalah pembeli mobil berharga Rp 200 juta ke bawah yang sangat sensitif terhadap uang. Bila DP tinggi, bisa-bisa mereka menunda pembelian mobil," katanya.

"Kalau kita di Hyundai sih tidak ada masalah. Sebab selama ini rata-rata uang muka untuk kredit mobil kita itu besarnya 25 persen, jadi untuk naik ke 30 persen tidak terlalu sulit. Tapi kalau dilihat industri mobil nasional secara keseluruhan, ini berbahaya," ujar Jongkie yang juga Ketua I Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar